Gausah takut ketinggalan

M. Miftahul Kirom
2 min readMay 24, 2022

--

Semalam saya menulis tentang lagu Membasuh yang relate sama kepercayaan saya tentang kebaikan. Malam ini ternyata tulisan saya masih terinspirasi salah satu comfort song yang bisa saya sebut sebagai penenang (atau pembelaan untuk bermalas-malasan).

Stella bertemu pasangannya
Adrian ke Australia
Kawan-kawan pergi S2
Namun tujuanku belum tiba

Besok Mungkin Kita Sampai. Judul ini saja sebenernya udah cukup mewakili nasihat yang dikemas dalam lagu ini, tentang bagaimana harusnya kita menyikapi pencapaian orang, bagaimana harusnya kita berefleksi, dan bagaimana harusnya kita percaya sama diri sendiri.

Kenyataan bahwa hidup ini harus punya tujuan memang gak boleh diingkari. Untuk memenuhi kriteria manusia ideal, kayaknya kita emang harus punya jawaban atas pertanyaan “Pengen jadi apa nanti?” dan “Apa aja yang udah dilakuin buat ngejar itu?”. Dua buah pertanyaan yang bisa dan boleh dijawab sama kita sendiri ini kadang bikin ngerasa malu sama diri sendiri yang ternyata belum seberapa pencapaiannya.

“Di semester dua tuh harusnya kamu udah nemuin passion dan punya circle atau relasi yang suportif. Di tahun kedua organisasi harusnya kamu udah menguasai 7 soft skill. Setelah wisuda harusnya kamu udah bisa kerja di start-up yang kantornya ada prosotan. Di umur 25 harusnya kamu udah punya rumah sendiri. Di usia 26 harusnya kamu udah bisa bobol bank Spanyol”

Halah. Gak ada yang harus. Yang harus mah bayar pajak.

Ngeliat temen-temen seumuran dapet apa yang dipengenin emang kadang bikin iri. Kadang juga ngerasa kenapa kita yang menempuh jalan sama, di waktu yang sama, dan dengan kesempatan yang sama, ternyata belum bisa dapet apa yang kita pengen. Tapi kalau dipikir pakai logika sehat, harusnya kita juga bakal sampai di tempat tujuan, meskipun entah kapan.

Intinya gak ada yang bisa ngasih standar khusus bakal jadi apa kita nantinya. Gak ada juga yang ngasih deadline kapan impian kita ini harus terwujud. Kita semua cuma bisa ngusahain apa yang terbaik buat kita sendiri, meskipun gak ada juga yang menjamin kita bakal sampai lewat jalan ini.

Sebagai umat beragama kita harus yakin dong kalau kita cuma bisaberusaha, sisanya ya Tuhan yang menentukan (atau kalau gak terima mungkin bisa bilang semesta yang menentukan). Kita gak bisa nyalahin siapa-siapa kalau usaha yang kita lakuin selama ini belum — atau bahkan tidak — membuahkan hasil. Selama kita ada di jalan yang kita yakini tepat, kita bakal sampai tujuan kita kok. Kalau gak sekarang ya mungkin besok. Kalau gak besok ya mungkin besoknya lagi.

Satu potongan lirik di lagu ini yang perlu di highlight adalah “Hidup bukan saling mendahului, bermimpilah sendiri-sendiri”. Emang kalau dipikir-pikir bakal keren sih kalau kita sampai lebih cepet, tapi kalau treknya lebih panjang kayaknya bakal banyak yang bisa kita ceritain dari perjalanan ini.

Monggo…

--

--